Sabtu, 12 Maret 2011

Februari, Februari, Februari lagi lalu Maret.

Ini foto udah lamaaa banget tapi rasanya masih sama. Bahkan lebih.




You teach me how to count from 1 till 25. Will you teach me more?


I blablabla you, sleepyhead :p






Because we’re the sun, at least for our universe. :)

Jumat, 11 Maret 2011

Gunslinger Girl

I always can't stand my self crying everytime I watch or read this:


The manga is written by Yu Aida an have set in Italy. The story exploits the Social Welfare Agency (often referred to as simply "the Agency"), ostensibly a charitable institution sponsored by the Italian government. They adopted some little girls that have been a victim or lost their family. They implants and taking care of them with some will of missions. The implants, which consist of synthesized muscles and carbon fiber frames, result in heightened strength and reflexes as well as high resilience to damage and pain. Each girl is paired with a male trainer, or "handler", together as a fratello — Italian for "brother". The handler is responsible for the training, welfare and field performance of his charge, and is free to use whatever methods he considers suitable. While these methods vary according to the handler, a common part of each girl's regimen is brainwashing called "conditioning", which produces a deadly assassin with unquestioning loyalty to her handler but also limits her life span.

Each fratello exhibits a unique dynamic. Most of the handlers have police or military backgrounds and were recruited directly into Section 2. Most also chose their own cyborgs from a list of candidates, though some appear to have been assigned a cyborg. The Social Welfare Agency primarily concerns itself with dealing with the Padania Republic Faction, an organization seeking an independent northern Italy through acts of terrorism and bribery.

(some from Wikipedia)

I start reading the manga since I was 14 in 9th grade. An I got enamored by its first line:
The girl has a mechanical body. However, she is still an adolescent child.


They tell us about the power of love and past. Because however heartless the cyborgs are (well, they could kill without any hesitate), their past and the feeling of being loved still reminiscent. In example, the feeling of Henrietta when Giuseppe (her fratello) hold her or Triela, who has a sarcastic wit and prefers to wear masculine clothing, though she does wear more feminine clothing in later chapters. She is also taking care and loves the teddy bears from her fratello, Hirscher so much. And the most touching part for me is when Rico was falling in love with her target just some seconds before she shot him.

And what I love most from this manga is, the cyborgs are playing violin, flute, piano etc and using violin's case as their gun's case. Especially Henrietta (which is the main character of the series) she is using the Amati and played the violin so well. Most of all, the anime is also playing some minor classical notes as their background music, such as Chopin nocturne in C# minor and even Requiem in D minor.

For you who love an action drama, I suggest this for you.






Kamis, 10 Maret 2011

Hello A.F.A.L :-)



Hello Almyrra! It's March 11th and world knows today's yours!
Hello Almyrra! It's been seventeen years of your life!
Hello Almyrra! So let's pray to Him, for every kindness and every grace you had!
Hello Almyrra! In Indonesia, when you're 17 years old it's mean you legally could have the citizens license, driving license, and even some says you are not KIDS anymore!
Hello Almyrra! Be grateful for everything. Be grateful for the kindest parents and brother and cousins you have. For the smartest brain you have. For the prosperous of your life. For the best folks you've ever had. And for the love you've ever felt!
Hello Almyrra! The last but not least... Be grateful for every mistakes you've done. Because of that, you're a perfect human with imperfection. :-)

Wish you ______________________________________________ (fill in the blank) and all the very berry drizzly best!








someone near your hometown, Audhina Nur Afifah <3

Anestesi

Banyak orang bilang, zaman sekarang teknologi bisa menghasilkan senyuman.
Kenyataannya, mesin-mesin tersebut bekerja terlalu jauh. Melebihi batas pikiran manusia.
Bahkan Koentjaraningrat berkata bahwa jika nabi Musa hidup kembali, ia dapat menyelesaikan segala persoalan antar manusia di dunia ini.
Tapi ia bisa-bisa tercengang dan kembali mati, jika dihadapkan dengan teknologi.
Mereka berusaha menciptakan kebahagiaan. Mereka berusaha terlalu keras.

***

Jam dinding di ruang keluargaku menunjukkan tepat pukul 9 malam. Kupijit-pijit remote control televisi, Tidak ada yang menarik. Televisi kumatikan. Hujan semakin deras dan samar-samar terdengar bunyi tok… tok… tok…

“Jangan bukakan pintu pada orang asing kalau sudah malam ya, Thur.”
Tengiang ucapan ibu ketika tadi pagi beliau berangkat bersama bapak. Sebuah pesan yang sederhana, sampai-sampai aku sendiri pun merasa bosan mendengarnya karena ucapan itu selalu disampaikan ibu sejak aku masih sependek tempat sampah. Padahal, sampai sekarang aku belum pernah mengalami kejadian diculik ataupun dihipnotis orang asing yang sering diberitakan itu.

Tok… Tok… Tok…

Lamunanku buyar seketika. Pintu kembali diketuk. Dan aku sempat lupa kalau aku satu-satunya orang di rumah ini yang dapat membukakan pintu untuknya. Aku kembali melihat jam dinding. Pukul 9 lewat 24 menit. Sedikit ragu, aku berjalan menuju pintu rumah. Aku menyeruakkan tirai dan menintip. Seorang gadis kecil?

Perlahan aku membuka pintu. Tampak seorang gadis kecil dengan tubuh setinggi dadaku saja. Umurnya mungkin sekitar 12 tahun. Kulitnya sangat putih dan bersih, tetapi matanya bulat besar. Ia memakai jas laboratorium dengan ukuran yang sangat besar, sampai ke mata kakinya dan kaus merah dengan celana pendek coklat di dalamnya. Yang juga kebesaran. Ia membawa tas ransel gunung dengan ukuran hampir setengah tubuhnya. Rambutnya kecoklatan sepundak, telah layu diguyur hujan. Kacamata bulat dan tebal yang dipakainya berembun.

“S-s-s-selamat malam, Kak…” salamnya. Menggigil.

“Selamat malam juga Dik… Ada perlu apa ya?” jawabku.

Ia tidak langsung menjawab pertanyaanku. Dia terdiam. Terlihat sangat kebingungan dan kedinginan. Tapi ada yang aneh, dia tidak terlihat takut sedikitpun. Sorot matanya sangat cerdas dan tegas.

“Ehm….. Dik?” panggilku lagi.

Tiba-tiba gadis itu terbatuk-batuk dengan hebat sampai mengeluarkan air mata. Ia memegang dadanya dan nampak kesakitan.

“Astaga kamu pasti sakit gara-gara kehujanan, ya sudah, masuk saja dulu ke dalam. Cuaca di luar sangat buruk” tawaku. Hujan memang makin menderas dan berangin.

Gadis itu mengusap air matanya. Ia berpikir sejenak. Tetapi tidak lama, parasnya berubah. Ia terlihat tidak apa-apa. Dia melangkah lincah masuk ke dalam rumahku. Aku sedikit terpana dengan perubahan ekspresinya yang hanya beberapa detik itu. Aneh sekali.

***

“Aku tersesat. Keluargaku entah dimana.” Jawab gadis itu singkat setelah menyeruput habis susu hangat yang aku suguhkan untuknya.

“Tersesat? Memangnya ada kejadian apa? Apakah kamu dan keluargamu baru saja pergi atau berwisata ke suatu tempat, mungkin?” aku bertanya. Sebenarnya diriku sendiri ragu untuk menanyakan pertanyaan aneh itu. Gadis ini berpenampilan tidak selayaknya seperti gadis kecil yang sedang berwisata bersama keluarganya.

“Wisata, ya…” ia menggumam. Ia meletakkan gelas lalu mengalihkan pandangannya sedikit. Menjauhi mataku yang memang terlihat memburu kisahnya. Air mukanya berubah menjadi sedikit nanar.

“Eh, emm… Memangnya ada yang salah ya? Maaf, maaf sekali.” aku buru-buru menyambar gumamannya tanpa ia minta. Aku berusaha menarik kembali pertanyaanku yang kuragukan sendiri.

“ Tidak, Kak.” ia menjawab singkat dan dingin.

Akupun hanya terdiam. Suasana menjadi semakin ganjil ketika kamu berdua saling menunggu siapa yang akan duluan berbicara. Hujan mulai mereda, menyisakan gerimis yang lembut. Pukul 10 lewat 3 menit.

“Kakak tau apa arti rahasia?”

Gadis itu tiba-tiba memecah suasana dengan sebuah pertanyaan. Kali ini, dia tidak lagi memalingkan wajahnya bahkan tidak lagi menunduk. Wajahnya dipalingkan maju ke depan seakan menodongku untuk menjawab pertanyaannya.

“Eh, memangnya kenapa?” aku menjawab sedikit gugup. Bukannya aku menyembunyikan sesuatu dan bukan berarti aku tidak bisa menyimpan rahasia. Aku cuma heran mengapa pernyataan itu yang terlontar.

“Ah, sudah. Akupun bingung menjawabnya. Semua orang pasti merasa aneh jika diberi pertanyaan semacam itu.” ia seakan menjawab sendiri pertanyaannya.

“Kamu membuatku penasaran. Memangnya, kamu punya rahasia apa?” kali ini, aku tadi tertarik kembali untuk memburunya pertanyaan.

“Aku bingung. Seingatku, kemarin sore aku sedang di kamar mengerjakan pekerjaan rumahku. Lalu tiba-tiba ayah masuk ke kamar. Menyuruhku berkemas. Aku sempat bertanya, tapi ayah hanya diam. Dan ketika baru sampai pintu rumah, ada beberapa orang yang tidak kukenal berbicara dengan ayah dan ibuku lalu…” ia diam sejenak.

“Lalu apa? Ayah ibumu bertengkar dengan mereka? Lalu diserang?” aku mulai terlarut dan penasaran.

“Tentu saja tidak. Ah, kakak ini bodoh sekali. Ini cerita rahasiaku, bukan skrip sinetron yang biasa ditayangkan berjam-jam di kotak cahaya itu.” ia memrotes pertanyaanku tapi tetap dengan muka datar. Aku tercenung, sedikit kesal dan malu. Siapa yang tidak kesal dibilang bodoh oleh anak kecil? Tapi akupun malu untuk tidak mengakui bahwa pertanyaanku memang bodoh.

“Hmm iya iya, silakan lanjutkan. Aku hanya akan mendengarkanmu.”

“Ceritaku sudah selesai.” ia menjawab dingin, lalu mengambil gelas menyeruput habis sisa susu hangat yang sudah mulai mendingin.

“Hah? Apa katamu? Lalu akhirnya bagaimana?”

“Ya, sudah. Cuma itu yang aku tau. Setelah itu semuanya buyar, dan aku terbangun di lapangan rumput sebelah rumah kakak. Menyebalkan.”

Gadis kecil ini semakin mengaduk rasa ingin tahuku. Antara kesal, penasaran, dan kasihan. Tapi raut mukanya selalu begitu, tidak berubah,.

“Baiklah. Tapi nampaknya aku lupa menanyakan satu hal padamu. Siapa namamu?”

“Key.”

“Key?”

“Iya, Key. Key Savira Bangsawirja. Dan kakak?”

“Aku Arthur.”

“Wah nama yang bagus. Dan pasti akan lebih bagus kalau kakak bernama belakang Doyle. Aku mengaguminya.”

“Doyle? Doyle siapa?”

“Ah sudahlah. Sudah malam Kak, aku pamit menempati kamarku ya. Terima kasih.”

***

Pagi datang. Aku terbangun karena ada suara datang dari dapur. Aku bergegas turun dari kasur, memakai kacamataku dan pergi ke dapur. Key sedang memasak?

“Selamat pagi, Kak Arthur.” sapanya sambil menyunggingkan senyum. Senyum yang sedikit sekali, pertama kali aku lihat sejak kedatangannya ke rumahku.

“Selamat pagi juga, Key. Wah, apa yang sedang kamu buat?”

“Hahaha cuma nasi goreng Kak, aku pikir seorang remaja laki-laki seperti Kakak yang tinggal sendiri di rumah pasti tidak akan memasak sarapan sendiri.”

“Ya betul juga, sih… Hoaaamh…” aku menguap sambil menggaruk-garuk rambutku.

“Lagipula ibuku pernah bilang bahwa cara mengambil hati pria itu bias melalui lidahnya.” Key mengerlingkan matanya sambil tersenyum.

Kalimat terakhir Key terasa ganjil bagiku. Mengambil hati pria? Dia ini masih kecil, tapi apa yang ada dipikirkannya? Ekspresinya tadi pun terasa aneh, seperti ingin menggoda.

“Haha apa maksudmu?” tanyaku dengan nada yang sedikit aneh.

“Tidak ada.” lagi-lagi air mukanya berubah dengan cepat. Dingin.

Kami berdua kembali terdiam. Menikmati piring masing-masing. Tidak ada suara apapun selain suara sendok dan garpu beradu dengan piring, dan punyi tetes air yang tersisa dari keran.

“Hey kak, apa kamu percaya ilmu pengetahuan bisa merubah yang tak mungkin?”
Aku meletakkan sendok dan garpuku. Lagi-lagi pertanyaan aneh. Aku malas memutar otak, dan daripada disebut bodoh lagi.

“Tidak, coba jelaskan padaku.”

“Ah payah, mudah menyerah. Kakak tahu kenapa aku pakai baju putih yang kebesaran ini?”

“Kamu seorang murid SD yang sedang merayakan festival Hari Karir, iya kan? Dan kamu ingin menjadi seorang ilmuwan dengan penampilan seperti itu.”

“Hahahah jelas tidak. Ayah dan ibuku bekerja di laboratorium sepanjang hidupnya, menurutmu, efek apa yang mereka berikan padaku? Aku sudah tidak aneh dengan ruang gelap dibawah tanah dengan cairan-cairan dan uap berbau menyenangkan.” ia mengoceh panjang lebar dan diakhiri dengan senyum menyebalkan. Lagi-lagi, aku terpancing.


“Apa yang ingin ayah dan ibumu ciptakan?”
“ ‘Obat Kebahagiaan’.”

“Apa itu? Semacam penghilang rasa sakit?”

“Anestesi maksudmu? Ah itu penemuan lama. Ya sudah, begini saja. Masa apa yang kakak anggap paling menyenangkan dalam hidup kakak?”

“Ketika aku berhasil mendapat predikat Top Scorer di kejuaraan mini soccer sekolahku!”

“Yang lainnya?”

“Ketika aku berhasil mendapatkan perempuan yang aku incar, walau tidak seberapa lama. Yah, aku tetap senang.”

“Hey kak, aku tidak memintamu menceritakan kisah cintamu.” Key menjawab kesal.

“Disaat aku bisa makan makanan paling enak di dunia ini!”

“Kuberi kakak satu kesempatan lagi.” Key cuma menanggapi dengan dingin.

Aku sedikit sebal, tetapi aku penasaran dengan apa yang dia maksud ‘Obat Kebahagiaan’. Aku berpikir keras. Memandangi sekitarku, siapa tahu ada yang bisa dijadikan inspirasi. Aku terus mencari… Dan mataku tertuju pada foto di salah satu bagian dinding ruangan ini. Fotoku ketika masih kecil, meniup lilin kue ulang tahun berangka ‘10’ dengan didampingi ayah dan ibu disampingku.

“Yang paling menyenangkan… Masa kecilku.” jawabku sambil tersenyum, dan tanpa mengalihkan pandanganku dari foto tersebut.

Key terdiam. Tapi dia kelihatan puas dengan jawabanku kali ini.

“Baiklah, jawaban kakak menarik.”

“Nah, lalu apa hubungannya dengan ‘Obat Kebahagiaan’ yang jadi proyek orang tuamu itu?”

Key hanya tersenyum dan terdiam, kembali meneruskan sarapannya. Untuk kesekian kalinya ia membuatku penasaran dengan sikapnya.

***

Malam hari, pukul 7 lewat 9 menit. Aku bersandar di sofa ruang keluarga sambil menyemil bola-bola coklat. Hujan kembali turun, tapi hanya gerimis kecil yang mengiringi dan berusaha menandingi suara televisi yang kunyalakan. Sejak tadi siang, Key mengurung diri kamar. Mungkin ia sedang tidur atau merenungi orang tuanya. Yah, aku tidak suka ikut campur urusan orang.

Sebenarnya, aku masih penasaran apa yang akan dibuat orang tua Key, obat kebahagiaan. Aku penasaran apa rupanya, bagaimana cara kerjanya, berapa harganya. Apakah obat itu bisa menyembuhkan rasa sakit hatiku dengan mudah? Apakah ketika aku merasa kecewa, obat tersebut bisa membuatku kembali bersemangat? Apakah aku bisa menghentikan tangisan ibuku yang menderu di pemakaman kakek kemarin? Apakah… Apakah…

Tidak samapi disitu, pikiranku kembali diaduk-aduk oleh sikap Key, terutama yang tadi pagi. Kata-katanya yang selayaknya seperti seorang gadis dewasa. Dan bagaimana cara ia merubah-rubah dan menstabilkan raut wajahnya dalam waktu singkat. Tidak sewajarnya anak berumur 12 tahun.

“Selamat malam, selamat datang kembali di Night News Indonesia. Kali ini saya Doni Arman dan Tania Iskandar akan menyajikan berita tentang tertangkapnya komplotan Mafia Hitam setelah aksi penyerangannya ke kediaman keluarga Bangsawirja.”

“Eh, Bangsawirja?” lamunanku langsung dibuyarkan oleh judul berita yang baru saja dibacakan itu. Entah mengapa aku refleks merasa akrab dengan nama tadi.

“Pasangan ilmuwan Ferdy Bangsawirja dan Anna Bangsawirja ditemukan tewas di laboratorium kosong di daerah Pondok Perak. Laboratorium tersebut meledak pada dini hari kemarin dan warga menemukan pasangan Bangsawrija telah tewas di tempat. Diduga mereka melakukan aksi bunuh diri dengan meledakkan lab-nya, karena masih tersisa sidik jari Tuan Ferdy di botol mesiu dan sidik jari Nyonya Anna di sisa detonator yang tercecer di sekitar TKP.”

Bangsawirja… Astaga, seperti nama keluarga Key. Pasangan ilmuwan, seumur hidup di dalam laboratorium, persis seperti cerita…

“…peristiwa ini tentu sehubungan dengan intimidasi Mafia Hitam kemarin malam ke kediaman Bangsawirja. Anak perempuan tunggal keluarga Bangsawirja ini masih belum ditemukan, masih dalam dugaan telah dibunuh atau dibawa kabur oleh Mafia Hitam karena belum semua anggota Mafia Hitam ditangkap oleh petugas. Berikut foto anak perempuan tersebut, yang sampai sekarang belum diketahui namanya…”

Aku berusaha memicingkan mata dan meyakinkan diriku bahwa yang kulihat di layar televisi adalah foto seorang gadis remaja. Dengan kacamata tebal dan rambut sepundak. Mengenakan kaus merah dan jas laboratorium. Juga tak salah lagi, dengan kulit putih bersih dan mata besar, sedang tersenyum.

“…dimohon kepada pemirsa di rumah atau siapapun yang menemukan gadis berumur 18 tahun ini, untuk dapat membawanya ke kantor polisi terdekat…”

Aku semakin bingung. Umurnya 18 tahun katanya. Sedangkan yang ada di rumahku adalah gadis kecil berumur 12 tahun dengan ciri-ciri yang hampir… Tidak, dengan ciri-ciri yang sama dengan gadis di televisi ini. Aku…

Aku berlari ke lantai atas rumahku, membuka pintu kamar tamu yang kusediakan untuk Key. Kamar tamu ini kosong. Tanpa sisa. Aku berusaha mencari ransel gunungnya atau jas labnya yang mungkin Key gantung di balik pintu. Tidak ada. Yang kutemukan adalah…

Kepada Arthur
di tempat yang paling menyenangkan

Selamat malam, kau pasti perlahan akan tahu siapa aku. Karena kotak cahaya yang bisa berbunyi itu pasti menceritakan semuanya tentang keluargaku. Aku tidak tahu kapan, tapi aku harus meninggalkan rumahmu yang nyaman ini sekarang. Karena tujuanku untuk menawarkan ‘Obat Kebahagiaan’ ciptaan orang tuaku telah berhasil, dan produk orang tuaku terbeli.
Maaf membingungkanmu. Maaf melontarkan pertanyaan aneh dengan jawaban menyebalkan. Aku hanya ingin membagi cerita rahasiaku. Aku hanya ingin membagi bagaimana rasanya menonton orangtua di laboratorium selama 18 tahun hidupku. Tanpa pernah berwisata ke pantai, kebun binatang atau hanya merayakan ulang tahun dengan tiup lilin.
Aku akan berwisata sendiri. Membagi cerita rahasiaku. Menanyakan ke semua orang apakah anestesi terkuat dalam hidupnya. Semoga kamu bisa menyadari semua maksudku, Kak Arthur.


Key Savira Bangsawirja


Aku membaca dan membatu. Aku remas surat ini. Aku ingin menelan buntalan kertas ini
ke perutku. Kata-kata Key kini dapat kutelan. Kutelan dan aku serap dalam pikiran.

***

Manusia tidak akan pernah puas.
Manusia, kamu tau rasanya cinta bertepuk sebelah tangan? Menyakitkankah?
Dengar. Rasakan. Itulah yang Tuhanmu rasakan saat kau lupa bersyukur.

Rabu, 09 Maret 2011

Ohai!

Hello. I have just done editing this whole blog. I deleted the post, I deleted the templates and I make it all over again. I feel my old one is just a kind of trash sooo I would blog some new stuffs here such as short stories I made, my perspectives, photosets I took, music I like, etc. But I wouldn't post daily or weekly because I have tumblr too, where I usually post some simple and super short stuffs. Enjoy! :-)

p.s: I'm Indonesian, so I would post things both in English or Indonesian. And remember, originality & credits are important to me so every contents here are not mean to be copied or plagiarized. The contents are all my personal thoughts, and the intention of this blog is to do no harm or injure others. So please blog wisely ;-)